Pada postingan sebelumnya tentang
power of mindset saya telah mengupas betapa dasyatnya pola pikir dan
rajutan imajinasi seseorang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
bentangan masa depan hidup kita sendiri (ingat hukum Law of Attaction).
Demikian juga jika kita selalu mampu menganyam pola pikir dengan energi positif, energi tentang keyakinan diri, dengan
pancaran optimisme yang kokoh, dan dengan sikap hidup yang selalu penuh
rasa syukur. So pasti ada peluang besar bahwa hidup sejati kita akan
benar-benar dilimpahi oleh sederet narasi tentang keberhasilan.
Sebaliknya, jika jalan hidup kita selalu dipenuhi oleh negatif thinking "tentang bayangan kelam kegagalan, rasa tak percaya diri, galau, dan sikap selalu
mengeluh dan menyalahkan orang lain (tanpa mau jernih melakukan
introspeksi) – maka besar kemungkinan hidup nyata kita benar-benar akan
dipenuhi dengan kemalangan dan kenestapaan.
Itulah mengapa kaum bijak selalu memberi petuah agar kita bisa
selalu melentikkan api optimisme dalam diri kita dan juga mampu merawat
pola pikir positif. Positif melihat masa depan kita, positif melihat
segenap tantangan yang menghadang, dan positif dalam berpikir serta
berimajinasi.
Masalahannya adalah :
"menyalurkan energi positif kedalam
sel-sel otak kita ternyata tidak semudah membuat kopi panas". Sangat sering sekali ketika kita jika dihadapkan pada masalah
yang rumit menghadang, pikiran kita langsung goyah dan berpikir : " Duh masalah koq terus-terusan..." "ah, saya
memang tidak berbakat jualan asuransi…..saya tidak bisa membahagiakan anak istri, Cita-cita tinggal cita-cita…..yah, memang ini suratan nasib saya…….(Duh! Nasib..Nasib..).
Jadi bagaimana doong? Apa yang mesti dilakoni agar mentalitas
positif dan spirit keyakinan itu tak langsung layu ketika badai
tantangan datang menghadang? Apa yang mesti diziarahi agar virus positiv
itu terus menancap dalam serat otak kita bahkan ketika lautan masalah
terus menggelora, menghantam biduk perjalanan kita?
Nasib baiknya para ahli saraf /neurolog telah menemukan jawabannya. Dan
jawabannya terletak pada empat level gelombang otak kita. Melalui
serangkaian eksperimen dan alat ukur yang biasa disebut dengan Electro Encephalo Gram atau disingkat "EEG", didala otak kita terdapat 4level getaran dalam otak kita. Mari kita simak bersama empat gelombang kesadaran itu.
1. Beta (14 – 100 Hz).
Dalam frekuensi ini kita tengah
berada pada kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh
logika. Inilah kondisi normal yang kita alami sehari-hari ketika sedang
terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi ini ketika kita
bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang kita
hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik
munculnya rasa cemas, khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak
kita dalam kondisi beta adalah seperti dibawah ini.
2. Alpha (8 – 13.9 Hz).
Ketika otak kita berada dalam
getaran frekuensi ini, kita akan berada pada posisi khusyu’, relaks,
meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak mampu
menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Berikut gambar
gelombang alpha.
3. Theta (4 – 7.9 Hz).
Dalam frekuensi yang rendah ini,
seseorang akan berada pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang
mendalam, deep-meditation, dan “mampu mendengar” nurani bawah sadar.
Inilah kondisi yang mungkin diraih oleh para ulama dan biksu ketika
mereka melantunkan doa ditengah keheningan malam pada Sang Ilahi.
Berikut gambar gelombang otak kita ketika berada dalam kondisi theta.
4. Delta (0,1 – 3,9 Hz).
Frekuensi terendah ini
terdeteksi ketika orang tengah tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam
frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi
kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil,
kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan
bangun dengan tubuh tetap merasa segar.
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan keyakinan
positif dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak
kita tengah berada pada kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam
frekuensi inilah, kita bisa menginjeksikan energi positif dalam setiap
jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila kita merajut keyakinan
positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka rajutan
itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada gilirannya,
hal ini akan memberikan pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku
kita ketika berproses menuju puncak keberhasilan yang diimpikan.
Pertanyaannya sekarang adalah :
bagaimana caranya agar kita bisa berada kondisi alpha?
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat
tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen, mungkin
medianya adalah dengan melakukan “retreat”).
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momen-momen
kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi, selalu ada perasaan
keheningan yang menggetarkan, perasaan khusyu’ yang sungguh
menghanyutkan. Saya berpikir
perasaan ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha.
Dan percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan
energi positif dan spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam
momen inilah, dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta dan
rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-butir keyakinan
positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa dan batin kita.
Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian malam, bentangkanlah sajadah disudut rumah kita, basuhkan air wudhu, dan
tegakkan sholat tahajud dengan penuh keikhlasan.
Lalu, ditengah keheningan yang menentramkan, lantunkanlah harapan
positif dan doa-doa itu dengan penuh keyakinan……Mudah-mudahan kita semua
bisa melangkah menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan.
Disini dan “Disana”.
Inspired copas "Yodia Antariksa"