Mimpi Nyonya Liem
Liem Lie Sia adalah mbah buyut saya di jaringan ASN (Allianz Star Network). Loh koq bisa? Kenal saja tidak... he..he..

Ceritanya begini: Liem Lie Sia punya sekitar belasan anak (downline langsung), salah satunya bernama Venny Wantouw (pemilik kantor agensi di Allianz Tower ruang 20D). Dari Venny Wantouw, dia punya cucu bernama Hendy Winata (pemilik kantor agensi di APL Tower Grogol, Jakarta Barat), selanjutnya punya cicit bernama Yudi Haliman (pemilik kantor agensi di Serpong). Saya adalah keturunan jauh berikutnya.

Lalu, ada apa dengan mimpi-mimpi Liem Lie Sia? Begitu pentingkah sehingga perlu ditulis di sini?

Tentunya begitu. Jika tiga generasi di bawahnya masing-masing sudah punya kantor keagenan sendiri, belum dihitung dari jalur anak-anaknya dan cucu-cucunya dan cicit-cicitnya yang lain, tentulah Liem Lie Sia lebih hebat lagi. Mimpi orang hebat sangat penting dipelajari terutama oleh orang-orang yang ingin mengikuti jejak langkahnya.

Saat ini Liem Lie Sia merupakan agen asuransi paling sukses di ASN. Kini, jaringannya paling luas, membentang dari Aceh sampai Papua. Omset grupnya paling besar, di atas 200 miliar per tahun. Dan penghasilannya paling tinggi, melewati 1 miliar rupiah per bulan. Dia juga tercatat sebagai MDRT Lifetime member.

Bicara grup, di ASN omset grup dihitung hingga kedalaman 5 generasi (anak, cucu, cicit, buyut, canggah). Saya sebagai generasi keempat (buyut), masih terhitung sebagai bagian dari grup Liem Lie Sia. Ketika saya berproduksi, Liem Lie Sia masih mendapat bagian komisi dari produksi saya, padahal dia tidak kenal saya dan saya pun tidak kenal dia. Begitu pula jika saya punya agen di bawah saya (generasi kelima), Liem Lie Sia pun masih menikmati bagian komisinya. Itulah luar biasanya sistem bisnis di ASN.

Apa Saja Mimpi Liem Lie Sia?
Saya beruntung mendapatkan pencerahan dari Bapak Hendy Winata saat acara Live Today Unision di DBL Arena Surabaya bahkan sempat foto bersama.

Nyona Lien adalah perempuan yang sudah malang-melintang di dunia asuransi lebih dari 20 tahun ini. Di Allianz sendiri, dia bergabung tahun 2004. Sebelumnya di Prudential selama 8 tahun (1996-2004) dan Lippo selama 5 tahun (sejak 1991-1996).

Pencerahan apa yang saya dapatkan dari perempuan hebat ini?

Yaitu tentang mimpi dan kendaraan yang tepat-cepat untuk mencapainya.

Dulu, Liem Lie Sia punya empat mimpi:

  1.     Punya banyak uang (bahasa lain: kebebasan finansial).
  2.     Punya banyak waktu (bahasa lain: kebebasan waktu).
  3.     Sumber penghasilan bisa diwariskan.
  4.     Membantu orang-orang mencapai impian 1-3.

Sekarang, empat mimpi itu sudah bukan mimpi lagi baginya. Meskipun demikian, semangatnya masih selalu terjaga. Dia rutin berkeliling Indonesia, memberikan motivasi dan inspirasi kepada agen-agen ASN di jaringannya. Yang luar biasa, walau sudah di puncak gunung, dia masih rajin berjualan asuransi. Setiap tahun, penjualan pribadinya selalu mencapai target MDRT (premi terkumpul di atas 500 jutaan). Itulah gairah hidupnya.

1. Punya Banyak Uang (Kebebasan Finansial)

Semua orang, kalau mau jujur, ingin punya uang yang banyak. Perbedaan terletak pada rencana-rencana yang akan dilakukan dengan uang itu. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang. Dengan uang, banyak hal baik bisa dilakukan.

Saya tidak tahu apa yang telah atau akan dilakukan Liem Lie Sia dengan uangnya yang sudah bejibun. Tapi pada saya sendiri, yang akan saya lakukan adalah memanfaatkannya sebesar mungkin untuk kepentingan kemanusiaan dalam berbagai bentuk, secara bertahap hingga mencapai 99% dari penghasilan saya. Sisanya sebesar 1% saya harapkan cukup untuk membiayai kehidupan saya dan keluarga secara layak.

2. Punya Banyak Waktu (Kebebasan Waktu)

Punya uang banyak saja belum cukup. Banyak orang punya uang berlimpah, tapi tak punya waktu untuk menikmatinya. Kebebasan finansial (financial freedom) belum berarti apa-apa tanpa kebebasan waktu (time freedom).

Bagaimana caranya mencapai kebebasan finansial sekaligus kebebasan waktu? Satu-satunya cara adalah membangun kemampuan untuk mendapatkan penghasilan secara pasif.

Ada sejumlah profesi yang mampu menghasilkan banyak uang, tapi hanya jika ada aktivitas. Contoh: dokter, pengacara, direktur, dan konsultan. Tapi ada sejumlah profesi yang tetap mengalirkan banyak uang walaupun orangnya sedang tidur pulas. Contoh: pencipta lagu, pemilik paten, penulis novel, blogger, investor, pemilik bisnis, dan secara khusus saya ingin menyebut: pemilik bisnis jaringan.

Pada jenis yang terakhir inilah Liem Lie Sia berada. Dan saya sedang merintis jalan menuju ke sana.

3. Sumber Penghasilan Bisa Diwariskan

Pada umumnya orang, jika dia meninggal dunia, putuslah penghasilannya. Harta bisa diwariskan, tapi belum tentu dengan sumbernya. Beberapa jenis aset bisa menjadi sumber uang, misalnya kontrakan dan perusahaan. Tapi jika ahli waris sedang terdesak masalah keuangan, semua itu bisa dijual dan berhenti pulalah arus kas yang menyertainya.

Hal semacam itu tidak akan terjadi pada bisnis jaringan. Di bisnis jaringan, aset yang menjadi sumber penghasilan adalah orang, di mana mereka pun sama-sama sebagai pebisnis. Jika kita adalah agen ASN dengan posisi sebagai leader, dan jumlah leader yang berada dalam jaringan kita sudah banyak, mereka semua adalah sumber penghasilan yang terus-menerus, walaupun kita sudah dipanggil Tuhan.

Bagaimana jika semua leader dalam jaringan kita tidak lagi menjadi agen ASN? Secara berseloroh, Venny Wantouw pernah berkata tentang risiko bisnis di ASN: “Jika seribu agen saya semuanya naik ke satu pesawat yang terbang menuju surga, barulah passive income saya akan berhenti.”

Artinya, kemungkinan itu kecil sekali.

Bagaimana dengan kemungkinan agen keluar atau ganti profesi? Kemungkinan ini ada, tapi hanya pada agen-agen yang gagal. Jika seorang agen telah berhasil mencapai level leader dan memiliki sejumlah agen-leader di bawahnya, rugilah jika dia mengundurkan diri.

4. Membantu Orang-Orang Mencapai Impian Nomor 1 – 3


Mimpi nomor 1 sampai 3 bisa jadi ada batasnya. Tapi nomor 4 ini tidak berbatas. Berapa orang yang ingin dia bantu untuk sukses seperti dia? Sebanyak-banyaknya.

Sukses itu biasa, tapi membantu banyak orang dan lebih banyak lagi untuk sukses bersama, itu yang luar biasa. Inilah sukses mulia. Itulah motif yang menggerakkan orang-orang sukses semacam Napoleon Hill, Robert Kiyosaki, Tung Desem Waringin, Ippho Santosa, rajin menulis buku dan mengadakan seminar di mana-mana.

Tapi orang-orang di bisnis jaringan melakukannya dengan cara lain. Tidak perlu nulis buku dan tidak pakai seminar, apalagi yang berbayar. Cukup ajak orang ke bisnis yang dia geluti, menduplikasi diri sebanyak mungkin layaknya amuba, lalu semuanya pun tumbuh bersama.

Kendaraan Mencapai Mimpi


Kendaraan apa yang paling tepat dan paling cepat untuk merealisasikan mimpi-mimpi di atas?

Menilik jalan hidup Liem Lie Sia sendiri, tentunya kendaraan itu adalah dengan menjadi agen asuransi. Kenapa agen asuransi? Alurnya seperti ini:

Pertama, untuk memperoleh penghasilan yang besar, cara paling mungkin adalah melalui bisnis, bukan dengan menjadi karyawan.

Kedua, bisnis tersebut haruslah bisnis yang memberikan keuntungan besar.

Ketiga, agar mudah dijalankan oleh semua orang, bisnis tersebut hendaknya bisa dijalankan dengan modal kecil (bahkan tidak usah pakai modal), rendah risikonya, serta tidak membutuhkan pendidikan dan pengalaman (karena ada ahlinya yang akan mengajari).

Bisnis yang memenuhi semua kriteria tersebut adalah bisnis asuransi. Modal kecil, untung besar, rendah risiko, gampang dimulai, bisa dijalankan oleh siapa saja tanpa harus punya pendidikan dan pengalaman.

Tapi itu belum cukup. Penghasilan besar okelah, tapi agar memiliki kebebasan waktu, yang lebih penting lagi adalah penghasilan besar yang diperoleh secara pasif, alias passive income. Oleh karena itu, ada yang keempat, yaitu bisnis tersebut haruslah memiliki sistem. Dan sistem bisnis yang paling memungkinkan memperoleh penghasilan pasif dalam jumlah besar adalah sistem bisnis jaringan (network business atau network marketing).

Gambarannya begini:


Jika kita ingin menjual 1000 barang dalam setahun, ada tiga cara yang bisa kita pilih. Pertama, kita menjualnya sendirian. Kedua, kita merekrut sejumlah orang yang akan menjual bagi kita. Ketiga, kita merekrut sejumlah orang yang akan menjual dan merekrut bagi kita dan bagi mereka.

Melalui cara pertama, kita berpikir semata-mata sebagai penjual (salesperson). Jika barang yang dimaksud adalah polis asuransi untuk individu, maka menjual seribu polis asuransi dalam setahun adalah suatu pekerjaan yang sangat-sangat jarang (untuk tidak menyebut mustahil) bisa dilakukan.

Melalui cara kedua, kita berpikir sebagai pebisnis, tepatnya pebisnis konvensional, untuk membedakannya dengan kategori ketiga. Jika kita berhasil merekrut 10 orang, kita bisa menugaskan mereka untuk menjual masing-masing sebanyak 100 barang. Tentunya menjual 100 barang akan lebih ringan daripada menjual 1000 barang. Total akhir sama-sama 1000.

Sedangkan melalui cara ketiga, kita berpikir sebagai pebisnis jaringan. Tugas menjual 100 barang per orang mungkin masih dirasa memberatkan. Oleh karena itu, 10 orang itu kita tugaskan untuk merekrut lagi masing-masing 10 orang, sehingga total tenaga yang tersedia adalah 100 orang. Keseratus orang ini ditugaskan menjual masing-masing 10 barang, maka hasil akhir sama-sama 1000. Bahkan bisa lebih karena tiap orang bisa saja menjual lebih dari 10 barang, dan tiap orang bisa saja merekrut lagi 10 orang atau sebanyak yang mereka mampu.

Itulah hakikat bisnis jaringan, yaitu memperbanyak faktor pengali (orang-orang), sehingga omset total akan menjadi tidak terbatas dan demikian pula penghasilan.

Di sini, para pembaca mungkin menemukan kesamaan antara bisnis jaringan di asuransi dengan bisnis MLM. Ya, secara hakikat, keduanya sama, yaitu duplikasi sebanyak mungkin faktor pengali. Yang membedakan hanya produknya. Yang satu berjualan asuransi, yang satu lagi bisa apa saja, dan terkadang tidak ada barang jualannya.

Tapi kombinasi antara bisnis jaringan+produk asuransi adalah kombinasi terbaik yang mungkin terjadi, dibanding jika sistem yang sama diterapkan untuk menjual produk lain, seperti misalnya pada MLM. Mengapa?

  • Asuransi adalah kebutuhan manusia. Siapa pun dan sampai kapan pun orang butuh asuransi. Produk MLM belum tentu merupakan kebutuhan, dan kalaupun merupakan kebutuhan, sangat mudah mencari penggantinya di pasaran dengan harga jauh lebih murah.
  • Asuransi adalah produk yang nilai uangnya besar, oleh karena itu wajar jika komisinya pun besar. Jika seorang nasabah membuka polis dengan premi 300 ribu per bulan, itu artinya 3,6 juta setahun. Uniknya, angka segitu tidak terasa mahal. Padahal jika anda membeli sebuah produk MLM dengan harga 1 juta saja, rasanya mahal sekali.
  • Komisi produk asuransi diterima selama beberapa tahun untuk satu kali penjualan produk. Istilahnya repeat income atau penghasilan berulang. Ini sesuatu yang unik pada produk asuransi, tidak akan dijumpai pada produk lain.
  • Perusahaan asuransi pada umumnya besar-besar, bahkan berskala global dan sudah berdiri puluhan hingga ratusan tahun.
  • Profesi agen asuransi itu resmi, ada lisensinya, ada aturan dan kode etiknya, diakui negara, bahkan diakui secara internasional melalui ajang semacam MDRT.
  • Gabungan dari semua aspek itu menjamin seorang agen asuransi yang sudah sukses tidak akan berpindah ke profesi atau bisnis lain. Hal ini tentunya memberikan rasa aman dan nyaman baik bagi agen maupun nasabah.

Mimpi Nyonya Liem

Posting Komentar

Email: y_o2k@yahoo.com
WA: 085101847661
Pin BB: 7FC60987

Profile

Blog ini bukan web resmi Perusahaan. Semua materi di dalamnya merupakan tanggung jawab pribadi penulis selaku mitra bisnis.
(Tri Sunaryo Hariadi)

Agen : 00919114
Unit : B2117
WA: 085101847661

Web resmi : http://www.allianz.co.id

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.